BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Iklan pada dasarnya adalah produk kebudayaan massa,
produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh
produksi dan konsumsi massa. Kepraktisan dan pemuasan jangka pendek antara
lain merupakan ciri–ciri kebudayaan massa. Artinya, massa dipandang tidak
lebih sebagai konsumen. Maka
hubungan antara produsen dan konsumen adalah
hubungan komersial semata. Pendeknya, tidak ada fungsi hubungan lain selain
memanipulasi kesadaran, selera, dan perilaku konsumen (Tinarbuko, 1995:1). Dengan
demikian, untuk merangsang proses jual beli atau konsumsi massa itulah iklan
diciptakan.
Iklan
memang menjalan fungsi kembar. Pertama, ia memberi informasi pada konsumen
perihal ciri, kualitas, dan keunggulan produk. Kedua, iklan melakukan persuasi
agar produk tersebut dibeli oleh konsumen. Fungsi kedua inilah merupakan fungsi
utama iklan.
Terkait
dengan masalah persuasi tersebut, tugas utama dari desainer iklan adalah
bagaimana agar informasi tentang suatu produk diterima oleh konsumen sehingga
produk tersebut tetap berkesan di benak konsumen. Tetapi hal itu saja belum
cukup, sebab sasaran akhirnya adalah bagaimana agar kesan dan informasi itu
sanggup membujuk konsumen untuk membuka dompetnya dan membeli produk yang
ditawarkan. Seperti halnya jika kita melihat berbagai macam iklan kartu perdana
yang ada di televisi. Tidak hanya penawarannya saja yg menggiurkan tapi model
yang ada pada iklan tersebut terbilang cantik dan juga unik. Salah satunya saja
iklan yang di keluarkan dari PT.INDOSAT yaitu yang di tujukan untuk kartu
perdana IM3 dengan judul IM3 GROOVE. Selain dari kecantikan dan ketampanan
model, iklan ini juga di tujukan kepada para remaja yang sering kali
munggunakan bonusan yang ada dalam penawaran iklan tersebut.
Agar
produknya dikenal oleh masyarakat, tentunya produsen ingin membuat iklan yang
menarik dan kreatif sehingga nantinya
calon konsumen akan tertarik akan penawaran produk dari indosat.
1.1
Rumusan Masalah
Ada
pun rumusan masalah yang penulis angkat dalam paper ini antara lain:
1.2.1 Bagaimana menganalisa iklan IM3 yang
mengandung unsur parodi dengan pendekatan semiotika ?
1.2.2 Apa makna denotasi dan makna konotasi yang
terkandung dalam iklan IM3?
1.2
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai penulis dalam penulisan paper ini yaitu :
1.3.1 Mengetahui bagaimana mengganalisa iklan IM3
yang mengandung unsur parodi dengan pendekatan semiotika.
1.3.2 Mengetahui apa makna denotasi dan makna
konotasi dalam iklan IM3.
1.3.3 Menambah wawasan mahasiswa.
1.3
Metode penelitian
1.4.1
Kepustakaan
Metode
ini menggunakan literatur untuk data komparatif dalam menunjang semua data yang
diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori- teori dan
mempelajari peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penulisan ini dan
menunjang keabsahan data yang diperoleh di lapangan (Moleong, 2001: 113).
Metode kepustakaan adalah meliputi buku, koran, majalah, kamus (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Inggris-Indonesia) dan media komunikasi
lainnya yang erat kaitannya dengan objek permasalahan.
1.4.2
Internet
Internet
merupakan jaringan terbesar yang menghubungkan semua jaringan di dunia di mana
jaringan ini melalui komunikasi protokol TCP/IP. Pertama kali dikenal dengan
nama ARPANET dan pada tahun 1969, dan mengalami berbagai perubahan sehingga
akhirnya menjadi jaringan internet seperti sekarang ini (Maria, 2008: 141).
Dengan tersedianya alat pencarian yang canggih, server-server yang menyimpan
data dan informasi yang tersebar di seluruh dunia, serta munculnya bisnis jual
beli informasi maka semakin mudah bagi para peneliti untuk melakukan penelitian
secara online (Sarwono&Lubis, 2007: 105).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
a)
Tinjauan Umum Mengenai Iklan
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu
produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang
dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Niken, 2007). Periklanan
adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya
yang ditransmisikan kesuatu khalayak, target melalui media bersifat massal
seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar
ruang, atau kendaraan umum (Lee, 2007). Alat dalam komunikasi periklanan selain
bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar,
warna, dan bunyi. Iklan merupakan sistem yang menggunakan tanda yang terdiri
atas lambang baik verbal maupun ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan
dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal
adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang
disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah
bentuk dan warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar
benda, orang atau binatang (Sobur, 2003).
Iklan sebagai salah satu perwujudan kebudayaan massa
tidak hanya bertujan menawarkan dan mempenagruhi calon konsumen untuk membeli
barang atau jasa. Periklanan merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi kelompok
atau masyarakat terhadap suatu produk dengan menonjolkan kelebihannya untuk
proyeksi jangka panjang. Seprti halnya
obat batuk, maka diperlukan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan konsumen
bahwa tersebut memang baik.
Terlepas dari semua itu, atas nama target waktu,
maka rancangan iklan selalu menggunakan teknik tertentu untuk mencapai
tujuannya. Yang pertama, penjualan suatu ide yang merupakan garansi andalan
terkait dengan masa berlakunya suatu barang atau jasa untuk jangka panjang.
Yang kedua, penyebaran ide prihal keuntungan pihak komunikan bila menerima ide
sebagaimana dianjurkan oleh komunikator, berupa penggunaan barang atau jasa
yang disarankan, serta kenikmatan yang diperoleh atas penggunaan barang atau
jasa itu sendiri.
b)
Teori Estetika Post Modern
Estetika dalam wacana postmodern
kini tidak lagi mengindahkan perbedaan yang indah dan yang buruk, bahkan dengan
pasti estetika dalam wilayah baru ini menyerap nilai-nilai keburukan sebagai
yang estetis. Adapun bahasa estetik yang antara lain; Pastiche (Fredric
Jameson; Linda Huthceon; Umberto Eco); Schizofrenia (Jaques Lacan); Camp (Susan
Sontag); Kitsch (Greenberg), dan Parodi (Mikhel Bakhtin; Linda Huthceon).
·
Pastiche: dengan
mengembangkan pemikiran Hutcheon, Piliang menjelaskan Pastiche adalah sebagai
bentuk imitasi murni tanpa ada pretensi apa-apa.
·
Schizofrenia:
dengan menggunakan teori Schizofrenia Lacan, sebagai gangguan bahasa; kegagalan
bayi dalam memasuki ranah ujaran dan bahasa secara utuh.
·
Kitsch: sebuah
istilah yang berakar dari bahasa Jerman verkitchen (baca: membuat menjadi
murahan), atau kitschen secara literal berarti aktifitas memungut sampah dari
jalan.
·
Camp: istilah
lain dalam estetika postmodern yang sering kali disalah artikan sama dengan
kitsche. Camp berarti bentuk pencirian pada sebuah gaya pada sebuah penciptaan
(ke-artifisial-an). Camp sering kali menekankan pada bentuk dekorasi, tekstur,
permukaan dan gaya dengan mengorbankan isi. Camp merupakan bentuk estetisme
yang anti alam. Walaupun dalam teks- teks camp sering kali terlihat memuat
obyek-obyek manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan, akan tetapi dalam
visualisasinya secara ekstrim ditampilkan lebih kurus, jangkung, ataupun
gendut. Dalam prakteknya camp menolak pada pembedaan seksual, melainkan sangat
merayakan bentuk androgini serta perversi, (baca: bentuk peleburan gaya dan
citra seksual yang referensinya tidak jelas).
·
Parodi: bahasa
estetis yang digunakan untuk menjelaskan komposisi dalam karya sastra, seni
atau arsitektur postmodern yang dalam prakteknya melakukan reduksi dari ciri
khas seorang pengarang, seniman atau gaya tertentu dengan maksud menyelipkan
sifat homoristik bahkan absurditas.
c)
Teori Semiotika
“Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang
berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode
kajian kedalam pelbagai cabang keilmuan, ini dimungkinkan karena ada kecenderungan
untuk memandang pelbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa”. Dengan kata
lain, bahasa dapat dijadikan dasar dalam beragam wacana sosial. “Berdasarkan
pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai
fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan
karena luasnya pengertian tanda itu sendiri” (Piliang,1998:262).
‘Tanda’ pada masa itu masih bermakna sesuatu hal
yang menunjuk pada adanya hal yang lain, misalnya asap menandakan adanya api
(Kurniawan, 2001:49). Semiotika adalah ilmu tanda yaitu metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama
manusia. Tanda – tanda terletak di mana – mana, kata adalah tanda, demikian
pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Dapat dikatakan
pula semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya
tanda, dan produksi makna. Tanda merupakan sesuatu yang bagi seseorang berarti
sesuatu yang lain. “Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati
dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa,
tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan,
semua ini dapat disebut tanda” (Zoest dalam Pilliang, 1999:12).
Dalam pandangan Zoest, yang dapat dikatakan sebagai
tanda seperti, “Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu
keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak saraf,
peristiwa memerahnya wajah dan sebagainya”. Dengan kata lain yang bisa
dikatakan sebagai tanda merupakan segala apa yang terlihat dan dirasa oleh
pancaindra.
1.
Semiotika Menurut Roland Barthes (1960 – 1970 )
Barthes
berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan
asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes kemudian
menciptakan lima kode yang ditinjaunya yakni:
·
Kode hermeneutik,
yakni kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan
“kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks.
·
Kode semantik,
yakni kode yang mengandung konotasi pada level penanda.
·
Kode simbolik,
yakni didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner
atau pembedaan-baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi
wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses.
·
Kode narasi atau proairetik, yakni kode tindakan atau lakuan dianggapnya sebagai
perlengkapan utama teks yang dibaca orang.
·
Kode kebudayaan atau kultural, yakni suara-suara yang bersifat kolektif, anonim,
bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi,
sastra, seni dan legenda.
2.
Semiotika Menurut Pierce (North, 1995:45)
Merujuk pada teori Pierce (North, 1995:45), tanda-tanda dalam gambar
dapat digolongkan ke dalam icon, indeks, dan simbol.
·
Ikon
adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan,
ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan
·
Indeks
merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya
atau disebut juga tanda sebagai bukti.
·
Simbol
merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang
disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika sesorang sudah mengerti
arti yang telah disepakati sebelumnya.
d)
Prinsip – Prinsip Desain
Berikut
ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip desain :
·
Keselarasan
(Harmoni)
Keselarasan merupakan
prinsip desain yang diartikan sebagai keteraturan tatanan diantara
bagian-bagian suatu karya. Keselarasan dalam desain merupakan pembentukan
unsur-unsur keseimbangan, keteraturan, kesatuan, dan perpaduan yang
masing-masing saling mengisi dan menimbang. Keselarasan (harmoni) bertindak
sebagai faktor pengaman untuk mencapai keserasian seluruh rancangan penyajian.
·
B.
Kesebandingan (Proporsi)
Kesebandingan (proporsi)
merupakan hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian lain atau bagian
dengan elemen keseluruhan.
Kesebandingan dapat
dijangkau dengan menunjukkan hubungan antara:
1. Suatu elemen dengan
elemen yang lain,
2. Elemen bidang/ ruang
dengan dimensi bidang/ruangnya,
3. Dimensi bidang/ruang
itu sendiri.
Dalam grafis
komunikasi, semua unsur berperan menentukan proporsi, seperti hadirnya warna
cerah yang diletakkan pada bidang/ruang sempit atau kecil.
·
C.
Irama (Ritme)
Irama (ritme) dapat
kita rasakan. Ritme terjadi karena adanya pengulangan pada bidang/ruang yang
menyebabkan kita dapat merasakan adanya perakan, getaran, atau perpindahan dari
unsur satu ke unsur lain. Gerak dan pengulangan tersebut mengajak mata
mengikuti arah gerakan yang terjadi pada sebuah karya.
·
D.
Keseimbangan (Balance)
Tujuan utama sebuah
karya diskomvis adalah menarik dilihat. Disain komunikasi visual sebagai
media komunikasi yang bertujuan untuk mentransfer informasi secara jelas
sekaligus estetis memerlukan keadaan keseimbangan pada unsur-unsur yang ada di
dalamnya.
Bentuk keseimbangan
yang sederhana adalah keseimbangan simetris yang terkesan resmi atau formal,
sedangkan keseimbangan asimetris terkesan informal dan lebih dinamis.
Keseimbangan
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor tempat posisi suatu elemen,
perpaduan antar elemen, besar kecilnya elemen, dan kehadiran lemen pada luasnya
bidang.
Keseimbangan akan
terjadi bila elemen-elemen ditempatkan dan disusun dengan rasa serasi atau
sepadan. Dengan kata lain bila bobot elemen-elemen itu setelah disusun memberi
kesan mantap dan tepat pada tempatnya.
·
E.
Penekanan (Emphasis)
Dalam setiap bentuk
komunikasi ada beberapa bahan atau gagasan yang lebih perlu ditampilkan dari
pada yang lain. Tujuan utama dalam pemberian penekanan (emphasis) adalah untuk
mengarahkan pandangan pembaca pada suatu yang ditonjolkan. Emphasis dapat
dicapai misalnya mengganti ukuran, bentuk, irama dan arah dari unsur-unsur
karya desain.
2.2 Pembahasan Iklan
Pendekatan smiotika Pierce :
Ikon :
Seorang perempuan dan dua laki – laki yang sedang memegang handphone, yang mana
handphone tersebut dinyatakan sebagai ikon.
Simbol :
Dengan maknanya bahwa simbol adalah tanda yang telah berlaku di masyarakat,
maka simbol INDOSAT yang sudah terlihat sangat jelas sebagai simbol.
Indeks :
Warna kuning pada background tersebut sebagai suatu penanda untuk ketertarikan
kepada konsumen. Keserasian simbol dengan warna juga sangat di perlukan. Maka
calon konsumen akan berasumsi, jika mereka menggunakan kartu perdana ini maka banyak
gratisan yang akan mereka dapatkan.
Makna Denotasi dan Makna Konotasi (Barthes) dalam
iklan di atas yaitu :
NO
|
|
|
MAKNA DENOTASI
|
MAKNA KONOTASI
|
1
|
ILUSTRASI
|
Tiga remaja yang sedang asyik memainkan
handphone.
|
kebiasaan anak muda yang suka banget
menggunakan layanan internet dan nelp dengan menggunakan gratisan dari
program kartu perdana.
|
Remaja yang suka menggunakan layanan
dengan gratis.
|
2
|
WARNA
|
Background
berwarna kuning, hijau
|
Warna kuning berarti optimis.
Optimis karena yakin akan mendapatkan gratisan. Hijau berarti pembaruan,
karena akan memberikan sesuai yang di inginkan.
|
Warna
kuning dan hijau adalah warna yang memberi kesegaran pada mata dan mudah di
ingat di otak.
|
3
|
TIPOGRAFI
|
Menggunakan
jenis huruf sans serif
|
Agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan jelas kepada khalayak
|
Bentuk
huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal, sederhana dan lebih mudah
dibaca dan sifat huruf ini kurang formal.
|
Prinsip – prinsip Desain dalam iklan di atas :
NO
|
|
|
1
|
Keseimbangan (Balance)
|
Secara
keseluruhan iklan ini menarik untuk di lihat. Informasi yang disampaikan
jelas. Elemen-elemen yang disusun tepat dan seimbang.
|
2
|
Irama (Ritme)
|
Dalam
iklan ini adanya pengulangan pada bidang/ruang yang menyebabkan kita dapat
merasakan adanya pergerakan, getaran, atau perpindahan dari unsur satu ke
unsur lain.
|
3
|
Kesebandingan (Proporsi)
|
Iklan
ini dapat dikatakan proporsi karena hubungan perbandingan antara bagian
dengan bagian lain atau bagian dengan elemen keseluruhan. Proporsi dapat
dijangkau dengan menunjukkan hubungan antara:
1.
Suatu elemen dengan elemen yang lain,
2.
Elemen bidang/ ruang dengan dimensi bidang/ruangnya,
3. Dimensi
bidang/ruang itu sendiri.
|
4
|
Keselarasan (Harmoni)
|
Dilihat
secara keseluruhan, iklan ini dapat dikatakan harmoni karena unsur-unsur
keseimbangan, keteraturan, kesatuan, dan perpaduan yang masing-masing saling
mengisi dan menimbang.
|
5
|
Penekanan (Emphasis)
|
Dalam iklan ini
terdapat penekanan (emphasis) pada teks yang bertujuan untuk mengarahkan
pandangan pembaca pada suatu yang ditonjolkan.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Iklan
selain merupakan kegiatan pemasaran juga berupa aktivitas komunikasi. Dari segi
komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran
yang dituju serta melalui media apa iklan tersebut sebaiknya disampaikan.
Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, pemahaman tentang
khalayak sasaran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, merupakan
prasyarat yang bersifat mutlak.
Pemahaman
secara kuantitatif akan menjamin bahwa jumlah pembeli dan frekuensi pembelian
yang diperoleh, akan sejalan dengan target penjualan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pemahaman secara kualitatif akan menjamin bahwa pesan iklan yang
disampaikan senantiasa sejalan dengan tujuan pemasaran yang telah disepakati.
Dalam pembuatan iklan berbagai upaya
kreatif dilakukan seperti halnya dengan menggunakan daya tarik humor.
Menampilkan cerita-cerita jenaka, memparodikan diadegan tertentu dan
menggunakan plesetan-plesetan. Hal ini akan menarik minat calon konsumen untuk
ingin mengetahuinya lebih lanjut.
3.2 Saran
Dalam pembuatan iklan harusnya berpedoman
dengan prinsip – prinsip desain dan juga para desainer harus mengikuti betul
tentang perkembangan yang ada di dunia remaja dan sebagainya, untuk
menghasilkan suatu desain yang paling baru di antara desain yang baru. Sehingga
nantinya bisa mempengaruhi calon konsumen untuk menggunakan produk yang sudah
di tawarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Tinarbuko, Sumbo. 1995.
‘’Wanita dalam Iklan’’. Bandung: Makalah Desain dan Kebudayaan, Program
Magister Seni dan Desain ITB.
Tinarko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : JALASUTRA
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : ANDI
Kaelan. 2009. “FILSAFAT
BAHASA SEMIOTIKA dan HERMENEUTIKA”.Yogyakarta : PARADIGMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar