Sejak jaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempratekkan komunikasi visual. Bentuk komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah
jejak peninggalan manusia dalam bentuk lambang grafis yang berwujud gambar (pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain). Belum ada yang tahu pasti sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang.
jejak peninggalan manusia dalam bentuk lambang grafis yang berwujud gambar (pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain). Belum ada yang tahu pasti sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang.
pictograf
Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan seni, di Indonesia baru mengenal dunia desain yaitu tahun 1596 dalam sistem percetakan. Setelah itu disusul kelompok pedagang dengan nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1602. Orang-orang Belanda inilah yang pertama kali mencetak buku pelajaran untuk keperluan anak-anak di Indonesia. Selain buku, karya desain komunikasi visual yang sudah lama dikenal di Indonesia adalah Iklan. Iklan menggunakan media cetak pada masa Hindia-Belanda mulai berkembang pesat. Cara promosi yang dianggap efektif untuk memenangkan persaingan adalah memasang iklan di surat kabar, menempel poster di tempat-tempat strategis, dan menyebar leaflet/brosur di tempat-tempat keramaian.
Iklan pada jaman dahulu
Akhir 1970 dan seterusnya, tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusahaan-perusahaan ini mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan, beberapa di antaranya adalah Vision (Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Djodjo Gozali, S Prinka dan Priyanto Sunarto), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi dan Hanny Kardinata) dan GUA Graphic (Gauri Nasution).
Pada tahun 1977, Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya, desain grafis tidak hanya menangani desain untuk percetakan tetapi juga moving image,display dan pameran. Sejak tahun 1979, istilah desain komunikasi visual mulai dipakai menggantikan istilah desain grafis.
Pada tahun 1977, Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya, desain grafis tidak hanya menangani desain untuk percetakan tetapi juga moving image,display dan pameran. Sejak tahun 1979, istilah desain komunikasi visual mulai dipakai menggantikan istilah desain grafis.
Periode awal 1980 mencatat perkembangan
jumlah perusahaan desain grafis yang cukup signifikan di Jakarta, antara lain:
Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto), Polygon (Ade Rastiardi, Agoes
Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali), dan di Bandung: Zee
Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes Djajadiningrat),
Studio “OK!” (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll.
Pada saat ini didalam
dunia Desain Komunikasi Visual(DKV) memiliki perkembangan yang cukup pesat. Dilihat dari mulai banyaknya software-software yang mendukung seperti dalam pengerjaan
desain terutama desain yang membutuhkan bantuan multimedia, yaitu software photoshop, corel draw, adobe illustrator, adobe indesign, dsb. Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Indonesia sangat terpengaruh oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi. Adapun karya-karya desainner ternama seperti Yolanda Santosa, Henricus Kusbiantoro, Melissa Sunjaya, dan Christiawan Lie.
Karya Yolanda Santosa
Karya Henricus Kusbiantoro
Karya Melissa Sunjaya
Karya Christiawan Lie
Dapat disimpulkan dari sedikit uraian diatas bahwa desain grafis atau DKV di Indonesia bukanlah cabang seni yang murahan, pinggiran, dan kelas dua, namun dapat dipandang sebagai cabang seni yang melahirkan seniman yang memiliki kekhasan baik dalam pemikiran maupun kekaryaanya. Mampu menunjukkan eksistensinya dalam memperkarya seni rupa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar